Kamis, 17 November 2016

Resensi Novel Bau Kemenyan di Gua pamtai

Resensi Novel Bau Kemenyan di Gua Pantai

          I.          Identitas buku


Nama pengarang          : Linda Herliantina Utomo
Judul buku                   : Bau Kemenyan di Gua Pantai
Tahun terbit                 : 1997
Penerbit                       : Balai Pustaka
Kota terbit                    : Jakarta
Sinopsis
“hati-hati, bal. Jangan terlalu ke kiri. Di situ ada perahu, pak Amat,” teriak Dul yang bertubuh gendut dengan gerakan lamban macam seorang pemalas. Mulutnya asyik mengunya makanan yang mereka bawa dari rumah.
            “huh, ribut saja! Dari tadi bisanya hanya menyuruh saja! Sini turun! Bantu aku,” gerutu igbal.
“yak usah, ya!” cibir dul sambil tertawa.
Di siang yang terik itu matahari kelihatannya enggan bersikap ramah. Sinarnya membakar kulit empat orang anak laki-laki yang sedang berada di atas sebuah sampan. Sudah sekitar satu jam mereka berdayung. Sudah berkali-kali pula mereka menebarkan jala, tetapi belum satu pun ikan yang terjaring.ahirnya, mereka pun putus asa dan kembali ke darat.
“bal, turun! Dorong perahu dari belakang!” seru aryo.
Igbal segera turun dari perahu dan mulai mendorong perahu. Badannya tinggi besar dan kuat. Tenaganya memang dapat diandalkan. Selain itu, igbal mahir bertukang.
“konyol, sudah capai-capai melaut, tidak satu pun ikan yang mau di bawa pulang,” keluh jalu ketika mereka sampai di markas. Yang disebut markas adalah sebuah gua di tpi laut, sekitar dua ratus meter dari dermaga. Gua ini berukuran cukup besar, tetapi jarang dikunjungi oarang karena letaknya agak tersembunyi. Dari luar gua itu kelihatan gelap, tetapi di dalamnya bertebaran kotoran burung walet dan kelelawar. Suasana gua tersebut lembab dan menyeramkan. Inilah markas rahasia remaja empat serangkai tersebut. Letaknya memang agak menjorok ke dalam. Di dalam gua tersebut terdapat sebuah ruangan yang cukup bersih dan tidak terlalu sempit, seperti sebuah bangsal saja tempatnya.walaupun demikian mereka menyediakan protomaks. Jika sewaktu-waktu matahari tertutup awan atau jika mereka ingin berekumpil di tempat itu pada malam hari.
Hari pertama saja sudah sial. Kita tidak mendapat ikan seekor pun, apa lagi besok. Kudengar dari bang juhari, hasil tangkapan musim ini memang lagi seret,” kata igbal.
“Sudalah, Bal. Kita lihat saja besok. Mudah-mudahan ada ikan yang mau menghampiri jala kita,” hibur jalu memberi semangat.
Sudah lama Aryo, Jalu, dan Dul merencanakan untuk membuat sebuah perpustakaan kecil di desa nelayan.
” Aku ingin memiliki perpustakaan kecil sendiri. Dengan demikian, anak-anak sini tidak kalah pintarnya dengan anak-anak di kota,”
“kamu pikir anak kota pintar-pintar? “dengan cepat aryo menimpali. “kamu tahu, tidak sedikit anak kota bergelimang dengan fasilitas lengkap, tetapi mereka tidak mau atau tidak tahu bagaimana memanfaatkannya semaksimal mungkin.
“Betul, kamu, yo! Aku kadang tidak habis pikir”
“justru itu, dul. Kita jangan mau kalah. Biarpun fasilitas yang kita miliki kurang, boleh dikatakan minim dekali, kita harus lebih pintar dari mereka.
“betul!” jawab jalu cepat.” Dengan adanya perpustakaan, anak-anak di desa kita yang rata-rata hanya tamat sekolah dasar dapat terus belajar.
“seteju, lu! Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan membangun desa nelayan ini?
“bagus cita-citamu, bal,” sambut aryo. “aku juga tidak saba ingin menjadi ahli ekonomi.”
“kalau kamu bagaimana,  dul? Apa cita-citamu?” tanya jalu ingin tahu.
Dul hanya diam sejenak. Keningnya berkerut. Pipinya yang bulat membuat mimiknya menjadi lucu. Memang, eajah dul adalah wajah pelawak.
Mereka terbahak-bahak. Akan tetapi, yang disindir tidak mau kalah. Dengan tenang du membeberkan angan-anganya, “kalian tahu, semula aku ingin menjadi pengusaha roti. Kupikir aku dapat makan roti setiap hari, biar bertambah gendut. Akan tetapi, aku lalu ingat ada oarang yang keracunan karena roti. Oleh karena itu, ku ubah cita-citaku menjadi seorang pengusaha ikan.
Keesokan harinya mereka selalu di gangu oleh jakut dan anak buahnya. Mereka jadi kesulitan untuk mencari ikan karena jakut daan anak buahnya selalu merampas pendapatan yang di dapat dari hasil melaut. Namun, dua hari telah berlalu sejak peristiwa pemerasan oleh jakut dan kawan-kawannya itu terjadi. Saat itu, empat serangkai rapat di gua guna menghindari jakut dan anak buahnya. Ternyata hasil rapat mereka menghasilkan kerja yang sangat baik. Untuk beberapa hari, empat serangkai dapat mengelabui jakut dan anak buahnya. Memang ada biaya untuk menjalankan siasat ini dengan baik, meskipun tidak begitu besar. Teropong bekas mereka dapatkan dari tukang loak. Harganya cukup miring karena salah satu kacanya sudah retak. Tidak apalah, pokoknya masih bisa digunakan untuk mengintif gerak-gerik lawan dari kejauhan. Kalu bayang-bayang jakut masih berkelebat di dermaga,  mereka mundur lagi ke gua. Yah, memang tidak enak terus-terusan begini. Namun apa boleh buat, daripada terjadi pertempuran di pantai dengan kerugian yang lebih besar.
“celaka!” desis aryo sore itu, ketika masih melihat jakut dan kawan-kawanya dalam teropong. “rupanya mereka tidak sebodoh yang kita sangka. Lihat! Tampaknya mereka masih sabar menunggu kedatangan kita sampai matahari terbenam. Dasar perampok!”
Hari pun semakin malam. Angin laut bertiup semakin kencang rasa dingin mulai menyerap ke dalam gua yang temaram oleh sinar lilin. Di samping itu, sinar petromaks dapat memporak-porakkan ketenangan kelelawar penghuni gua itu.
Dalam suasana keremangan yang mulai mencekam tadi, sekonyong-konyong tercium bau kemenyan. Mula-mula bau itu samar-samar saja, mirip harum bunga sedap malam. Akan tetapi, lama kelamaan bau itu semakin jelas dan menyengat hidung. Reaksi pertama-tama datang dari dul yang sudah mulai berdiri bulu kuduknya.
“he, bau apa ini, ya?”
“bau kemenyan!” sahut aryo.
“apa? Kemenyan? Hi...
“ya, paling-paling ada orang yang membakar kemenyan di sekitar sini. Sekarang malam jum’at bukan?”
“jangan-jangan ada oarng yang menyepi mencari rezeki, seperti di makam-makam keramat,”kata jalu.
“yuk, kita pulang saja. Barang kali si jakut juga sudah bosan menunggu kita seharian. Kalaupun dia masih ada, ya kita berikan saja hasil tangkapan hari ini.
Ajakan dul yang mulai ketakutan tadi ditanggapi baik oleh kawan-kawannya. Mereka bergegas pulang meninggalkan gua rahasia yang mulai memberikan tanda-tanda misteri. Bau kemenyan yang mendadak mulai datang malam itu, benar-benar mengusik rasa ingin tahu para petualang remaja, Empat serangkai.
Saat berdiskusi atas hilangnya jakut, tiba-tiba si topeng hitam muncul dari mulut gua. “ sekarang, kalian ikut kami!” perintah topeng hitam dengan kasar. “ kalu ingin selamat, jangan ada yang coba-coba melarikan diri. Aryo dan temannya hanya mengikuti apa yang dikatakan si topeng hitam. Mereka di bawa ke kapal dan aryo melihat jakut dan anak buahnya juga berada di sana. “Ternyata benar, ada hubunganya hilangnya jakut dengan bau kemenyan itu,” sebut aryo dalam hati.
Pada saat tertidur lelap, badai datang mengguncang kapal. Karena guncangan itu, topeng hitam menepikan kapalnya karena takut tenggelam akibat badai. Keesokan harinya saat badai sudah redah, polisi datang untuk menangkap bandit-bandit itu. Ternyata mereka telah mengetahui kedatangan polisi dan mereka kabur. Seterusnya aryo dan kawan-kawan di bawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan. Untungnya aryo masih ingat plat mobil yang mengankut barang seludupan itu. Ahirnya polisi menyelidiki plat mobil tersebut dan topeng hitam beserta bandit-bandit lainnya dapat di tangkap. Dan sekarang mereka telah mendekam di penjara.
1.      Unsurinstrinstik novel
            Tokoh (penokohan)
            Aryo    :tegas
kalubegitumalaminikitamencariinformasidariteman-teman yang lain. Barangkalidiantaramerekaada yang melihatjakut.Entah di pasar, di kantorpolisi,   di rumahsakit, atau di tempat lain. Kemudian, informasi yang di perolehkitadiskusikanbesok di markasbesar, oke?” begitulaharyomemberiinstruksikepada    igbal, jalu, dandul.
            Igbal    :memiliki rasa patriotisme yang tinggi
            setuju! Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan membangun desa nelayan ini? Aku             pun sudah tidak sabar lagi menjadi seorang ahli perikanan. Akan ku ubah cara-cara            menangkap ikan secara tradisyonal  yang selama ini kita gunakan. Cara-cara itu       sudah ketinggalan jaman dan tidak menjanjikan hasil yang besar” kata igbal    semangat.
            Dul      : tukang makan
            Kalian tahu, sebelumnya aku ingin menjadi pengusaha roti. Kupikir agar aku dapat          makan roti setiap hari, biar tambah gendut”.
            Hem, dasar gendut. Cita-citanya saja tidak jauh dari makanan” jawab jalu cepat.
            Jakut    : jahat
“Jakut, ojoy dan totem adalah pemuda-pemuda putus sekolah. Kerja mereka hanya membuat keributan. Di samping itu, hampir setiap hari mereka memeras para           nelayan yang lemah dengan meminta uang rokok. Daerah operasinya tidak hanya di      desa nelayan ini, tetapi mencakup dua desa yang terletak di pesisir pantai desa ini.”
            Topeng hitam   : kejam
Sekarang, kalian ikut kami!” perintah topeng hitam dengan kasar. “kalau mau selamat, jangan ada yang coba-coba melarikan diri”.

2.      Amanat
            jangan membalas kejahatan dengan kejahatan karena sesungguhnya itu tidak akan    menyelesaikan masalah melainkan menambah masalah.
3.      Tema
                        Pada malam itu, saat mereka terlambat pulang akibat jakut masih menunggu mereka, di saat itu mulai terasa bau kemenyan yang makin lama semakin pekat. Dan   mulai saat itu pula jakut dan anak buahnya menghilang di tangkap oleh topeng hitam       yang membawa bau kemenyan sampai ke gua pantai.
4.      Alur: Maju
                        Cerita novel ini diawali dengan kata “di siang yang terik itu” yang berartikan            sedang terjadi.Novel ini juga memiliki konplik dan pemecahan masalah. Yang berarti           memiliki urutan waktu hari ini dan seterusnya.
5.      Latar(setting)
Latar Waktu : siang hari
Di siang yang terik itu matahari kelihatannya enggan bersikap ramah.
Latar Suasana: gembira
Aryo, igbal, dan jalu tertawa menyaksikan tampang Dul yang cemberut karena dijadikan bulan-bulanan.

            Latar Tempat : di sampan
            Sinarnya membakar kulit empat orang anak laki-laki yang sedang berada di atas sebuah sampan.
6.      Sudut Pandang
            Sudut pandang yang digunakan ( pengarang tidak berada di    dalam cerita tersebut)
            Unsur Ekstrinsik
a.       Nilai moral
Sekarang, kalian ikut kami!” perintah topeng hitam dengan kasar. “Kalau mau selamat, jangan ada yang coba-coba melarikan diri!.”
b.      Nilai Agama
Sementara itu, ketiga kawan-kawanya tidak henti-henti berdoa memohon keselamatan.”
            Keunggulan.
            Ceritanya layak diterima, tidak terlalu sulit untuk memahami isi cerita tersebut.         Memiliki arti persahabatan yang kuat. Rasa pantang menyerah yang sangat tinggi.            Dan memiliki cita-cita yang dapat bermanfaat bagi orang lain.
            Kekurangan.
            Biografi pengarang tidak begitu jelas. Asal usul tokoh dalam novel tersebut tidak      jelas. Polisi juga sangat mudah untuk menangkap pelaku dan tidak ada alur yang       menceritakan penangkapan topeng hitam dan anak buahnya.
            Kesimpulan:
            Dari novel bau kemenyan di gua pantai memberikan arti pentingnya ilmuagi             kehidupan manusia. Seperti dalam novel tersebut, aryo, jalu, igbal, dan dul bekerja           sama agar dapat membangun perpustakaan di desa nelayan. Agar anak-anak dapat            membaca buku setiap hari.                 

            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar