Resensi Novel Bau Kemenyan di Gua
Pantai
I.
Identitas
buku
Nama pengarang : Linda
Herliantina Utomo
Judul buku : Bau
Kemenyan di Gua Pantai
Tahun terbit : 1997
Penerbit :
Balai Pustaka
Kota terbit :
Jakarta
Sinopsis
“hati-hati,
bal. Jangan terlalu ke kiri. Di situ ada perahu, pak Amat,” teriak Dul yang
bertubuh gendut dengan gerakan lamban macam seorang pemalas. Mulutnya asyik
mengunya makanan yang mereka bawa dari rumah.
“huh,
ribut saja! Dari tadi bisanya hanya menyuruh saja! Sini turun! Bantu aku,”
gerutu igbal.
“yak usah, ya!” cibir
dul sambil tertawa.
Di
siang yang terik itu matahari kelihatannya enggan bersikap ramah. Sinarnya
membakar kulit empat orang anak laki-laki yang sedang berada di atas sebuah
sampan. Sudah sekitar satu jam mereka berdayung. Sudah berkali-kali pula mereka
menebarkan jala, tetapi belum satu pun ikan yang terjaring.ahirnya, mereka pun
putus asa dan kembali ke darat.
“bal, turun! Dorong
perahu dari belakang!” seru aryo.
Igbal
segera turun dari perahu dan mulai mendorong perahu. Badannya tinggi besar dan
kuat. Tenaganya memang dapat diandalkan. Selain itu, igbal mahir bertukang.
“konyol,
sudah capai-capai melaut, tidak satu pun ikan yang mau di bawa pulang,” keluh
jalu ketika mereka sampai di markas. Yang disebut markas adalah sebuah gua di
tpi laut, sekitar dua ratus meter dari dermaga. Gua ini berukuran cukup besar,
tetapi jarang dikunjungi oarang karena letaknya agak tersembunyi. Dari luar gua
itu kelihatan gelap, tetapi di dalamnya bertebaran kotoran burung walet dan
kelelawar. Suasana gua tersebut lembab dan menyeramkan. Inilah markas rahasia
remaja empat serangkai tersebut. Letaknya memang agak menjorok ke dalam. Di
dalam gua tersebut terdapat sebuah ruangan yang cukup bersih dan tidak terlalu
sempit, seperti sebuah bangsal saja tempatnya.walaupun demikian mereka
menyediakan protomaks. Jika sewaktu-waktu matahari tertutup awan atau jika
mereka ingin berekumpil di tempat itu pada malam hari.
Hari
pertama saja sudah sial. Kita tidak mendapat ikan seekor pun, apa lagi besok.
Kudengar dari bang juhari, hasil tangkapan musim ini memang lagi seret,” kata
igbal.
“Sudalah,
Bal. Kita lihat saja besok. Mudah-mudahan ada ikan yang mau menghampiri jala
kita,” hibur jalu memberi semangat.
Sudah
lama Aryo, Jalu, dan Dul merencanakan untuk membuat sebuah perpustakaan kecil
di desa nelayan.
”
Aku ingin memiliki perpustakaan kecil sendiri. Dengan demikian, anak-anak sini
tidak kalah pintarnya dengan anak-anak di kota,”
“kamu
pikir anak kota pintar-pintar? “dengan cepat aryo menimpali. “kamu tahu, tidak
sedikit anak kota bergelimang dengan fasilitas lengkap, tetapi mereka tidak mau
atau tidak tahu bagaimana memanfaatkannya semaksimal mungkin.
“Betul, kamu, yo! Aku
kadang tidak habis pikir”
“justru
itu, dul. Kita jangan mau kalah. Biarpun fasilitas yang kita miliki kurang,
boleh dikatakan minim dekali, kita harus lebih pintar dari mereka.
“betul!”
jawab jalu cepat.” Dengan adanya perpustakaan, anak-anak di desa kita yang
rata-rata hanya tamat sekolah dasar dapat terus belajar.
“seteju, lu! Kalau
bukan kita, siapa lagi yang akan membangun desa nelayan ini?
“bagus cita-citamu,
bal,” sambut aryo. “aku juga tidak saba ingin menjadi ahli ekonomi.”
“kalau kamu
bagaimana, dul? Apa cita-citamu?” tanya
jalu ingin tahu.
Dul
hanya diam sejenak. Keningnya berkerut. Pipinya yang bulat membuat mimiknya
menjadi lucu. Memang, eajah dul adalah wajah pelawak.
Mereka
terbahak-bahak. Akan tetapi, yang disindir tidak mau kalah. Dengan tenang du
membeberkan angan-anganya, “kalian tahu, semula aku ingin menjadi pengusaha
roti. Kupikir aku dapat makan roti setiap hari, biar bertambah gendut. Akan
tetapi, aku lalu ingat ada oarang yang keracunan karena roti. Oleh karena itu,
ku ubah cita-citaku menjadi seorang pengusaha ikan.
Keesokan
harinya mereka selalu di gangu oleh jakut dan anak buahnya. Mereka jadi
kesulitan untuk mencari ikan karena jakut daan anak buahnya selalu merampas
pendapatan yang di dapat dari hasil melaut. Namun, dua hari telah berlalu sejak
peristiwa pemerasan oleh jakut dan kawan-kawannya itu terjadi. Saat itu, empat
serangkai rapat di gua guna menghindari jakut dan anak buahnya. Ternyata hasil
rapat mereka menghasilkan kerja yang sangat baik. Untuk beberapa hari, empat
serangkai dapat mengelabui jakut dan anak buahnya. Memang ada biaya untuk
menjalankan siasat ini dengan baik, meskipun tidak begitu besar. Teropong bekas
mereka dapatkan dari tukang loak. Harganya cukup miring karena salah satu
kacanya sudah retak. Tidak apalah, pokoknya masih bisa digunakan untuk
mengintif gerak-gerik lawan dari kejauhan. Kalu bayang-bayang jakut masih
berkelebat di dermaga, mereka mundur
lagi ke gua. Yah, memang tidak enak terus-terusan begini. Namun apa boleh buat,
daripada terjadi pertempuran di pantai dengan kerugian yang lebih besar.
“celaka!”
desis aryo sore itu, ketika masih melihat jakut dan kawan-kawanya dalam
teropong. “rupanya mereka tidak sebodoh yang kita sangka. Lihat! Tampaknya
mereka masih sabar menunggu kedatangan kita sampai matahari terbenam. Dasar
perampok!”
Hari
pun semakin malam. Angin laut bertiup semakin kencang rasa dingin mulai
menyerap ke dalam gua yang temaram oleh sinar lilin. Di samping itu, sinar
petromaks dapat memporak-porakkan ketenangan kelelawar penghuni gua itu.
Dalam
suasana keremangan yang mulai mencekam tadi, sekonyong-konyong tercium bau
kemenyan. Mula-mula bau itu samar-samar saja, mirip harum bunga sedap malam.
Akan tetapi, lama kelamaan bau itu semakin jelas dan menyengat hidung. Reaksi
pertama-tama datang dari dul yang sudah mulai berdiri bulu kuduknya.
“he, bau apa ini,
ya?”
“bau kemenyan!” sahut
aryo.
“apa? Kemenyan? Hi...
“ya,
paling-paling ada orang yang membakar kemenyan di sekitar sini. Sekarang malam
jum’at bukan?”
“jangan-jangan
ada oarng yang menyepi mencari rezeki, seperti di makam-makam keramat,”kata
jalu.
“yuk,
kita pulang saja. Barang kali si jakut juga sudah bosan menunggu kita seharian.
Kalaupun dia masih ada, ya kita berikan saja hasil tangkapan hari ini.”
Ajakan
dul yang mulai ketakutan tadi ditanggapi baik oleh kawan-kawannya. Mereka
bergegas pulang meninggalkan gua rahasia yang mulai memberikan tanda-tanda
misteri. Bau kemenyan yang mendadak mulai datang malam itu, benar-benar
mengusik rasa ingin tahu para petualang remaja, Empat serangkai.
Saat
berdiskusi atas hilangnya jakut, tiba-tiba si topeng hitam muncul dari mulut
gua. “ sekarang, kalian ikut kami!” perintah topeng hitam dengan kasar. “ kalu
ingin selamat, jangan ada yang coba-coba melarikan diri. Aryo dan temannya
hanya mengikuti apa yang dikatakan si topeng hitam. Mereka di bawa ke kapal dan
aryo melihat jakut dan anak buahnya juga berada di sana. “Ternyata benar, ada
hubunganya hilangnya jakut dengan bau kemenyan itu,” sebut aryo dalam hati.
Pada
saat tertidur lelap, badai datang mengguncang kapal. Karena guncangan itu,
topeng hitam menepikan kapalnya karena takut tenggelam akibat badai. Keesokan
harinya saat badai sudah redah, polisi datang untuk menangkap bandit-bandit
itu. Ternyata mereka telah mengetahui kedatangan polisi dan mereka kabur.
Seterusnya aryo dan kawan-kawan di bawa ke kantor polisi untuk dimintai
keterangan. Untungnya aryo masih ingat plat mobil yang mengankut barang
seludupan itu. Ahirnya polisi menyelidiki plat mobil tersebut dan topeng hitam
beserta bandit-bandit lainnya dapat di tangkap. Dan sekarang mereka telah
mendekam di penjara.
1. Unsurinstrinstik
novel
Tokoh (penokohan)
Aryo :tegas
“kalubegitumalaminikitamencariinformasidariteman-teman
yang lain. Barangkalidiantaramerekaada yang melihatjakut.Entah di pasar, di
kantorpolisi, di rumahsakit, atau di
tempat lain. Kemudian, informasi yang di perolehkitadiskusikanbesok di
markasbesar, oke?” begitulaharyomemberiinstruksikepada igbal, jalu, dandul.
Igbal :memiliki rasa patriotisme
yang tinggi
“setuju! Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan membangun desa nelayan
ini? Aku pun sudah tidak
sabar lagi menjadi seorang ahli perikanan. Akan ku ubah cara-cara menangkap
ikan secara tradisyonal yang selama ini
kita gunakan. Cara-cara itu sudah ketinggalan
jaman dan tidak menjanjikan hasil yang besar” kata igbal semangat.
Dul :
tukang makan
“Kalian tahu,
sebelumnya aku ingin menjadi pengusaha roti. Kupikir agar aku dapat makan
roti setiap hari, biar tambah gendut”.
“Hem, dasar
gendut. Cita-citanya saja tidak jauh dari makanan” jawab jalu cepat.
Jakut :
jahat
“Jakut,
ojoy dan totem adalah pemuda-pemuda putus sekolah. Kerja mereka hanya membuat
keributan. Di samping itu, hampir setiap hari mereka memeras para nelayan
yang lemah dengan meminta uang rokok. Daerah operasinya tidak hanya di desa
nelayan ini, tetapi mencakup dua desa yang terletak di pesisir pantai desa ini.”
Topeng hitam :
kejam
“Sekarang, kalian ikut kami!” perintah topeng
hitam dengan kasar. “kalau mau selamat, jangan ada yang coba-coba melarikan
diri”.
2.
Amanat
jangan membalas kejahatan dengan kejahatan karena
sesungguhnya itu tidak akan menyelesaikan masalah melainkan
menambah masalah.
3.
Tema
Pada malam itu, saat mereka
terlambat pulang akibat jakut masih menunggu mereka,
di saat itu mulai terasa bau kemenyan yang makin lama semakin pekat. Dan mulai
saat itu pula jakut dan anak buahnya menghilang di tangkap oleh topeng hitam yang
membawa bau kemenyan sampai ke gua pantai.
4.
Alur:
Maju
Cerita novel ini diawali dengan
kata “di siang yang terik itu” yang
berartikan sedang terjadi.Novel ini juga
memiliki konplik dan pemecahan masalah. Yang berarti memiliki
urutan waktu hari ini dan seterusnya.
5.
Latar(setting)
Latar Waktu : siang
hari
Di siang yang terik
itu matahari kelihatannya enggan bersikap ramah.
Latar
Suasana: gembira
“Aryo, igbal, dan jalu tertawa menyaksikan tampang Dul yang cemberut karena dijadikan bulan-bulanan.”
Latar Tempat : di sampan
“Sinarnya membakar kulit empat orang anak laki-laki yang sedang berada di atas sebuah sampan”.
6.
Sudut
Pandang
Sudut pandang yang digunakan ( pengarang tidak
berada di dalam cerita tersebut)
Unsur
Ekstrinsik
a.
Nilai
moral
“Sekarang, kalian ikut kami!” perintah topeng
hitam dengan kasar. “Kalau mau selamat, jangan ada yang coba-coba melarikan
diri!.”
b.
Nilai
Agama
“Sementara itu, ketiga kawan-kawanya tidak
henti-henti berdoa memohon keselamatan.”
Keunggulan.
Ceritanya layak diterima, tidak
terlalu sulit untuk memahami isi cerita tersebut. Memiliki
arti persahabatan yang kuat. Rasa pantang menyerah yang sangat tinggi. Dan
memiliki cita-cita yang dapat bermanfaat bagi orang lain.
Kekurangan.
Biografi pengarang tidak begitu
jelas. Asal usul tokoh dalam novel tersebut tidak jelas.
Polisi juga sangat mudah untuk menangkap pelaku dan tidak ada alur yang menceritakan
penangkapan topeng hitam dan anak buahnya.
Kesimpulan:
Dari novel bau kemenyan di gua
pantai memberikan arti pentingnya ilmuagi kehidupan manusia. Seperti dalam novel tersebut,
aryo, jalu, igbal, dan dul bekerja sama
agar dapat membangun perpustakaan di desa nelayan. Agar anak-anak dapat membaca
buku setiap hari.